
.jpg)
.jpg)
.jpg)
ANDAI saja bisa dikumpulkan dan ditumpuk….entah gudang apa yang bisa menampung keluhan warga di Kota Bandung akan buruknya prasarana jalan di kota yang berjuluk Kota Kembang ini. Kondisi buruknya kualitas jalan ini sudah berlangsung dari tahun ke tahun dan sudah cukup lama. Masyarakat sudah pusing dan mual dan mungkin bingung akan kinerja Pemkot Bandung. Tiap tahun perbaikan jalan memang ada. Tapi tahun depannya ada perbaikan atau pemeliharaan. Cilakana, jalan yang diperbaiki terkadang yang itu lagi. “Terus ruksak deui” kata orang Sunda mah. Beberapa pengendara sepeda motor pun berjatuhan sampai ada yang meninggal akibat kecelakaan di jalan berlubang di Kota Bandung. Jika alasannya rusak tergenang atau tergerus cileuncang… atuh benerkeun heula drainase cileuncangna. Tapi Bagi calon Walikota Bandung, kondisi buruknya jalan ini dijadikan salah satu kiat mencari simpati dengan terjun langsung ikut memperbaiki… weleh weleh..! Mun geus kapilih mah duka teh teuing…
Perbaikan jalan yang dilakukan hampir setiap tahun bisa menjadikan warga berfikir negative. Jangan-jangan perbaikan jalan itu hanya dijadikan proyek tahunan. Bukannya lagi ingin memperbaiki dalam upaya memberikan pelayanan pada warganya. Kalau sudah berbicara proyek, biasanya akan berkaitan dengan fulus. Jadi ada fulus tahunan. Sampai akhirnya Mamang baru tersadar ketika ngobrol di warung Bu Emi ada seorang lelaki separuh baya yang yang biasa dipanggil Abah, menyinggung kondisi jalan yang ada di Kota Bandung.
Abah yang hanya lulusan sekolah lanjutan tidak habis pikir pada juragan aparat yang terkait dengan perbaikan jalan di Kota Bandung. “Teu Era ku kondisi jalan nu kudu diperbaiki tiap taun. Mun teu era, moralna rada kurang,” katanya. Si Abah yakin benar, warga yang mengeluhkan kondisi buruknya jalan di Kota Bandung, banyak diantaranya merupakan keluarga, tetangga atau kerabat pelaksana atau juragan aparat yang bertanggung jawab atas perbaikan jalan. Pernahkah keluarga, kerabat atau tetangga tadi menanyakan, mengapa melakukan pekerjaan seperti itu setiap tahun, tidak malukah?
Si Abah malah membandingkan dengan Jalan Asia Afrika di tengah Kota Bandung yang jarang sekali diperbaiki. “Kunaon sih..Pemkot teh teu bisa ngarawat jalan jiga ngawarat Jalan Asia Afrika. Selalu mulus dan jarang diperbaiki,” kata Si Abah sambil . Mahal pasti…tapi hanya sekali. Kalau pun perlu diperbaiki pasti tidak perlu tiap tahun seperti kebanyakan jalan pada umumnya. ***(Mang Warta)


